Analis Politik: Pertemuan Prabowo-Megawati untuk Jaga Balance of Power

Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro menganalisa, pertemuan Presiden Prabowo Subianto dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, karena ingin menjaga keseimbangan kekuasaan (balance of power).
“Ini balance of power ya, menyeimbangkan bandul kekuasaan politik, ini sehat untuk Pak Prabowo sesuai arahan beliau harus rangkul semua,” kata Agung kepada wartawan, Rabu, 9 April 2025.
Agung menyampaikan, sebagai Presiden RI, Prabowo berkapasitas berkomunikasi dengan semua pihak, baik lawan maupun kawan.
“Dari dalam kekuasaan ada Pak SBY, ada Pak Jokowi, tapi Pak Prabowo juga butuh yang di luar kekuasaan, Ibu Mega. Dan Pak Jokowi pasti paham posisi itu karena Pak Jokowi pernah menjalani itu,” kata Agung.
Alasan pertemuan itu digelar tertutup, menurut Agung, karena Prabowo ingin menjaga perasaan agar tidak ada yang tersinggung.
“Kenapa tertutup, tidak diselebrasi berlebihan? Karena memang menjaga hati-hati para presiden tadi supaya tidak ada yang tersinggung, terluka, tercederai, jadi tengah malam, 1,5 jam, tertutup, selesai,” tutur dia.
Sisi lainnya, sambung Agung, Prabowo membutuhkan masukan Megawati. Sebab, saat ini Indonesia sedang menghadapi perang dagang dengan Amerika Serikat setelah dikenakan tarif resiprokal sebesar 32 persen.
“Ada tantangan eksternal yang sangat kuat ya soal perang tarif dengan Amerika semacam itu, dan pada ekses-ekses kebijakan yang sedang terjadi dan Pak Prabowo mengakui nilai pemerintahan beliau 6, kan. Artinya ada yang kurang, ada yang perlu diakselarasi, ada yang harus diperbaiki,” ucap dia.
Selain itu, Agung juga menganalisis terkait lokasi pertemuan yang berlangsung di kediaman Megawati, Jalan Teuku Umar. Prabowo memang tidak akan mempersoalkan di mana harus bertemu.
“Ini karakter Pak Prabowo, mengayomi, merangkul semua, sebagaimana pidato beliau ketika terpilih, mengayomi semua unsur, bekerja sama dengan semua pihak baik di dalam atau di luar kekuasaan,” paparnya.
“Jadi saya pribadi nggak aneh dengan inisiatif Pak Prabowo menyambangi Ibu Mega. Jemput bola, inisiatif merangkul kawan dan lawan, lalu ketika dirangkul beliau siap, 2019 menegaskan itu, beliau jadi menteri Pak Jokowi, bayangkan setelah bertarung habis habisan 2019, bergabung menjadi menterinya. Itu kan kalau nggak punya kebesaran jiwa nggak mungkin, susah itu,” tukasnya.
Sumber: Sin Po