Untung-Rugi Jokowi Pilih PSI

Mantan presiden Joko Widodo digadang-gadang masuk bursa calon Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia atau PSI. Desas-desus bahwa sang mantan presiden bakal mencalonkan diri sebagai pucuk pimpinan PSI kembali mencuat setelah Jokowi mengaku tidak berminat gabung ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Dia bahkan menyatakan lebih memilih PSI.
Ketika diwawancarai di rumahnya di Kelurahan Sumber, Solo, Jawa Tengah, Jokowi menyatakan tidak ingin masuk ke PPP, yang kini tengah mencari calon ketum. Jokowi menyatakan bakal menolak jika ada yang mencalonkannya sebagai kandidat. “Enggak lah. Yang di PPP saya kira banyak calon-calon ketua umum yang jauh lebih baik, yang punya kapasitas, kapabilitas, kompetensi,” kata Jokowi pada Jumat, 6 Juni 2025.
Jokowi mengatakan saat ini banyak nama calon ketum PPP yang sudah beredar. “Kan (PPP) banyak. Banyak sekali. Saya di PSI saja lah,” ucap mantan Wali Kota Solo itu.
Jokowi hingga saat ini tak secara resmi berada di bawah naungan partai politik. Ia belum berlabuh ke partai manapun sejak dipecat oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada Senin, 16 Desember 2024 lalu.
Direktur Eksekutif Trias Politika Agung Baskoro menilai, bila Jokowi ingin mempertahankan warisan politiknya dan menegaskan pengaruhnya di pusat maupun daerah, maka ia harus berpartai. Agung berpendapat bergabungnya sang mantan presiden ke PSI bisa menjadi bentuk perlindungan politik dan sosial tersendiri bagi Jokowi.
“Biar kekuatan politiknya juga makin ada dan terlihat. Dia bisa menangkis beragam serangan bertubi-tubi yang hari ini dialamatkan kepada dia dan keluarga Solo,” ucap Agung ketika dihubungi pada Selasa, 10 Juni 2025.
Saat ini, Agung mengatakan, keputusan Jokowi tak berpartai juga menyebabkan dirinya lebih mudah menjadi sasaran penyerangan masyarakat. Belakangan nama Jokowi terbawa dalam sejumlah pusaran kontroversi, mulai dari tudingan ijazah palsu hingga usulan pemakzulan putra sulungnya Gibran Rakabuming Raka dari posisi wakil presiden. Tak hanya itu, Jokowi bahkan diisukan memiliki kapal pengangkut bijih nikel dari pertambangan di Raja Ampat, Papua.
“Kalau dia berpartai, orang akan mikir untuk menyerang. Seperti siapa yang berani menyerang Megawati Soekarnoputri dengan PDIP-nya, Susilo Bambang Yudhoyono dengan Partai Demokrat?” ucap Agung.
Selan itu, jika tak berpartai, Jokowi dinilai tak bisa mengontrol anggota-anggota dewan di pusat maupun di daerah. Sementara bila berpartai, terutama sebagai ketua umum, maka kans Jokowi untuk terlibat secara aktif dalam pemerintahan lebih besar. “Jika beliau ingin melanggengkan pengaruhnya di seluruh pos-pos strategi kekuasaan baik di eksekutif, legislatif di pusat maupun di daerah, harus punya partai,” kata pengamat politik ini.
Sementara itu, peneliti senior dari Populi Center, Usep Saepul Ahyar, mengatakan bergabungnya Jokowi sebagai Ketua Umum PSI dapat memberikan keleluasaan bagi dirinya untuk menggerakan partai secara resmi dan terstruktur. Jokowi pun bisa mendapatkan dukungan yang lebih solid dari basis massa partai. “Kalau dia jadi ketua umum atau pembina, ya dibangun secara struktural, pendukungnya jelas, dari cabang ranting dan lain sebagainya,” kata Usep.
Namun di lain sisi, Usep melanjutkan, pergerakan politik Jokowi juga menjadi terbatas. Sebab, Jokowi hanya akan terafiliasi dengan satu partai politik saja dan tak bisa secara leluasa menjamah partai lain. “Dengan masuk ke PSI memang akhirnya Pak Jokowi punya naungan atau punya rumah politiknya, tapi kemudian juga dengan begitu Pak Jokowi sudah dikotakkan di PSI,” ucap Usep.
Kendati begitu, Usep menilai pernyataan Jokowi memilih PSI ketimbang PPP sebagai langkah yang tepat. “Karena memang sejak awal PSI sudah menyatakan partai didirikan untuk memberikan dukungan secara politik. Jadi lebih cocok di situ,” kata dia.
Adapun juru bicara DPP PSI, Benidiktus Papa, menegaskan komitmen partai terhadap hubungannya dengan Jokowi juga masih sama. “Bagaimana kami betul-betul bersama, berjalan dengan Pak Jokowi, sampai hari ini tidak ada yang berubah. Kami masih full bersama dengan Pak Jokowi,” ucap Beny Papa, sapaan akrabnya, melalui sambungan telepon pada Selasa, 10 Juni 2025.
Dia pun menyambut positif pernyataan mantan Presiden Joko Widodo soal minatnya bergabung dengan partai. Ia mengatakan PSI membuka pintu selebar-lebarnya bagi Jokowi. Menurut Beny, PSI memiliki kedekatan dengan Jokowi yang mungkin tak dimiliki partai lain. “Kalau Pak Jokowi kemarin memilih PSI daripada partai yang lain, saya kira itu angin segar buat kami,” kata Sekretaris Steering Committee Kongres PSI ini.
Beny berpendapat pernyataan sang mantan presiden semakin membuka peluang dia bergabung dengan PSI. “Ini sinyal positif dan saya kira semakin terang-benderang berkaitan dengan sikap politik Pak Jokowi ke depan, bahwa beliau kemungkinan besar akan bergabung dengan PSI,” kata Beny.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum DPP PSI Andy Budiman mengatakan partai berlambang mawar itu adalah rumah bagi Jokowi. Dia mengungkapkan, sejak awal PSI memang didirikan untuk mendukung Jokowi. Adapun saat ini posisi pucuk pimpinan PSI ditempati oleh putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep.
“Seluruh kader dan pengurus PSI siap menyambut Pak Jokowi jika bergabung dengan PSI,” kata Andy pada Ahad, 8 Juni 2025, dikutip dari laman resmi PSI.
Terbit di TEMPO