logotrias
  • Tentang Kami
  • Layanan
  • Portofolio
  • Publikasi
  • Artikel
Contact Us
Kutipan, Media

Simbol Gajah PSI & Jalan Panjangnya Menuju Relevansi Politik

July 22, 2025 admin
Simbol Gajah PSI & Jalan Panjangnya Menuju Relevansi Politik
Kaesang Pangarep saat Kongres PSI Partai Super Terbuka 2025 di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (19/7/2025). Rangkaian kongres PSI Partai Super Terbuka 2025 akan berlangsung hingga hari Minggu (20/7). ANTARAFOTO/Maulana Surya/nz.

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) secara resmi meluncurkan logo barunya dalam kongres yang digelar di Surakarta pada 19–20 Juli 2025. Menggantikan ikon lama bunga mawar merah, logo baru PSI menampilkan ikon gajah dengan kepala berwarna merah dan tubuh hitam.

Mengutip keterangan situs resmi PSI, logo gajah ini terdiri dari dua elemen warna utama yaitu merah pada bagian kepala dan belalai, serta hitam pada tubuh, dengan latar putih sebagai dasar. Gajah dipilih sebagai simbol karena dianggap merepresentasikan nilai-nilai kekuatan, kesetiaan, kemakmuran, pengetahuan, dan kebijaksanaan.

PSI menyatakan bahwa perubahan identitas visual ini mencerminkan semangat baru partai untuk menjadi lebih relevan dan dekat dengan masyarakat. Lantas, seberapa penting peran logo atau identitas partai dalam mempengaruhi persepsi dan pilihan masyarakat dalam konteks politik saat ini?

Perubahan Logo Tak Signifikan Pengaruhi Pemilih?

Jika menengok sejarah panjang kepemiluan di Indonesia, penggunaan logo atau tanda gambar partai telah menjadi bagian penting sejak pemilihan umum (pemilu) pertama yang digelar pada 1955. Pada masa itu, simbol-simbol partai seperti bulan bintang milik Masyumi atau palu arit milik PKI memiliki daya identifikasi yang sangat kuat di benak masyarakat.

Dalam konteks sosial masyarakat saat itu, tingkat buta huruf masih cukup tinggi sehingga logo partai berperan sebagai alat komunikasi visual yang strategis. Ia menjadi media utama bagi partai politik untuk memperkenalkan diri dan memudahkan pemilih mengenali serta mengingat identitas partai dalam surat suara maupun kampanye.

Meski demikian, Musfi Romdoni, analis sosio-politik dari Helios Strategic Institute, menilai bahwa dalam konteks politik kontemporer logo partai tidak lagi memiliki signifikansi dalam menentukan pilihan pemilih. Menurutnya, politik Indonesia saat ini sangat dipengaruhi oleh faktor ketokohan, bukan gagasan ataupun ideologi seperti di Amerika Serikat (AS).

“Di Indonesia, logo partai hanya sebagai simbol pengenal semata. Misalnya, pada kasus Partai Persatuan Pembangunan (PPP), logonya adalah Ka’bah. Meskipun secara simbolik merujuk pada identitas Islam, suara mayoritas pemilih muslim justru tidak mengalir ke PPP,” ujarnya saat dihubungi Tirto, Senin (21/7/2025).

Kongres PSI Partai Super Terbuka 2025
Kongres PSI Partai Super Terbuka 2025 di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (19/7/2025). Rangkaian kongres PSI Partai Super Terbuka 2025 akan berlangsung hingga hari Minggu (20/7). ANTARAFOTO/Maulana Surya/nz.

Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah partai, seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Perindo, dan PPP, diketahui memang mengganti logonya masing-masing. Meski demikian, jika dilihat dari parameter perolehan suara maupun popularitas, pergantian tersebut tampaknya belum membawa perubahan signifikan.

Dalam hal perolehan suara, suara PKS memang terlihat naik dari 11,49 juta suara (8,21 persen) pada Pemilu 2019 menjadi 12,78 juta suara (8,42 persen) pada Pemilu 2024 lalu. Meski demikian, Partai Perindo dan PPP justru mengalami penurunan persentase suara yang signifikan usai mengganti logonya. Keduanya bahkan tak memenuhi ambang batas parlemen (4 persen).

“Alasannya sederhana dan fundamental, yakni pergantian logo tidak diikuti oleh pergantian strategi lapangan. Yang dipilih masyarakat itu adalah caleg atau politisinya, bukan partai, apalagi logo partainya. Jadi, sebenarnya tidak ada signifikansi pergantian logo partai terhadap perubahan jumlah suara,” ujar Musfi.

Lebih lanjut, Musfi menyebut bahwa faktor yang paling dominan dalam menentukan pilihan konstituen di pemilu Indonesia adalah figur tokoh dan kekuatan logistik. Menurutnya, saat ini hanya sekitar 30 persen pemilih yang mencoblos berdasarkan partai, sementara 70 persen sisanya memilih berdasarkan calon legislatif yang mereka kenal atau idolakan.

Hal senada juga diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro. Dia menilai dalam konteks politik Indonesia saat ini, pilihan pemilih masih sangat ditentukan oleh figur dan bukan oleh partai. Hal ini berkaitan dengan rendahnya tingkat kepercayaaan masyarakat atau party ID (party identification) di Indonesia saat ini.

Istilah party ID merujuk ke konsep tentang kedekatan dan kesukaan pemilih terhadap partai politik yang dipilihnya dalam pemilu. Sebagai informasi, party ID di Indonesia memang terbilang rendah. Survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada 2023 mengungkap sebesar 85 persen pemilih Indonesia mudah pindah ke parpol lain karena party ID di Indonesia sangat kecil.

“Saya menyimpulkan bahwa logo itu termasuk bagian dari partai [party ID] itu sendiri. Walaupun tidak bisa dipungkiri, peran logo itu masih ada. Tapi, dalam konteks ini, bentuknya akan menyasar pemilih-pemilih yang memilih karena berdasarkan semacam personal emosional mereka,” ujar Agung saat dihubungi Tirto, Senin (21/7/2025).

Pendapat berbeda disampaikan Pakar Komunikasi Politik dari Universitas Padjadjaran, Kunto Adi Wibowo. Menurutnya, meskipun tingkat literasi masyarakat Indonesia saat ini jauh lebih tinggi dibandingkan masa Pemilu 1955, simbol atau logo partai politik tetap memiliki peran penting dalam komunikasi politik.

“Visual itu akan cepat membentuk asosiasi dan mencitra partai politik dan itu memudahkan partai politik untuk berkomunikasi dengan pemilihnya atau dengan publik dari sudut luas. Logo tidak semata-mata itu membantu orang mengidentifikasi partai apa yang dicoblos di bilik suara, tapi lebih lanjut simbol itu akan mengandung asosiasi-asosiasi yang bisa dibentuk,” ujarnya saat dihubungi Tirto, Senin (21/7/2025).

Lalu, apa kata pakar terkait logo PSI yang baru?

Filosofi Gajah

Kunto dari Unpad menilai simbol simbol gajah memberikan penyegaran baru terhadap identitas visual PSI. Menurutnya, penggunaan simbol gajah memungkinkan partai itu untuk lebih mudah dibandingkan dan diperbincangkan dengan partai-partai lain yang juga mengusung ikon hewan dalam logonya seperti banteng yang identik dengan PDI Perjuangan (PDIP) dan Garuda dengan Partai Gerindra.

“Gajah itu kan lambang [partai] Demokrat kalau di Amerika yang percaya pada nilai-nilai liberal dan percaya pada nilai-nilai yang lebih bebas gitu. Jadi, ini yang mungkin memudahkan nanti komunikasi antara PSI ini dengan publik,” ujarnya.

Sementara itu, Agung dari Trias Politika Strategis menilai gajah memiliki banyak asosiasi baik yang dapat dimaknai secara lebih luas oleh kader dan simpatisan PSI. Agung bahkan melihat adanya potensi kolaborasi simbolik dan praktis antara PSI dan isu-isu lingkungan, khususnya pelestarian satwa.

Dia menyinggung pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang menyarankan agar kader PSI bisa ikut terlibat dalam aktivisme perlindungan gajah. Menurut Agung, hal ini dapat menjadi narasi strategis yang memperkuat simbol gajah sebagai sesuatu yang hidup, bukan hanya sebatas desain logo.

“PSI diharapkan bisa menjadi sosok gajah yang melindungi kawanannya, tapi juga masyarakat. Kalau diterjemahkan lebih jauh lewat kemampuan menyelesaikan, mencari solusi-solusi terhadap beragam masalah-masalah ekonomi misalkan soal ancaman PHK masal, solusi dari PSI seperti apa, soal harga sembako, soal-soal kemiskinan, itu lebih konkret,” ujar Agung.

Sementara itu, Musfi dari Helios Strategic Institue menilai gajah secara simbolik memang memiliki makna yang kaya dan historis. Dalam banyak tradisi, termasuk sejak era kerajaan, gajah kerap dianggap sebagai simbol kekuatan, kebesaran, dan status tinggi.

Dia juga mencontohkan berbagai partai politik besar di dunia juga menggunakan logo gajah, misalnya Partai Demokrat di Amerika Serikat, Bahujan Samaj Party di India, United National Party di Sri Lanka, dan New Patriotic Party di Ghana.

“Tapi, yang jadi catatan pentingnya, makna besar tidak menjamin kemenangan besar di pemilu. PSI memiliki banyak pekerjaan rumah untuk merealisasikan logo baru mereka di pertarungan pemilu mendatang,” ujar Musfi.

Lalu, bagaimana cara PSI untuk membuat perubahan logo itu relevan bagi perkembangan partai khususnya dalam perolehan suara?

Presiden Prabowo Subianto
Presiden Prabowo Subianto menyampaikan sambutan saat menghadiri penutupan Kongres Partai Solidaritas Indonesia 2025 di Edutorium KH Ahmad Dahlan, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Solo, Jawa Tengah, Minggu (20/7/2025). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/nym.

Agar PSI Tetap Relevan

Musfi menambahkan bahwa PSI memiliki banyak pekerjaan rumah untuk merealisasikan logo baru mereka di pertarungan pemilu mendatang. Untuk kepentingan itu, ada dua langkah strategis yang harus dilakukan PSI.

Pertama, memilih caleg-caleg potensial untuk diusung di pemilu. PSI dapat meniru strategi Partai Nasdem yang memberikan bantuan logistik kepada caleg potensialnya.

“Tawaran logistik itu juga dapat digunakan PSI untuk menarik caleg potensial partai lain untuk maju bersama partai gajah,” ujarnya.

Langkah kedua adalah memaksimalkan kedekatan dan keterlibatan Presiden Jokowi yang notabene ayah dari Ketua Umum PSI, Kaesang Pangarep. Menurut Musfi, hingga saat ini, Jokowi masih memiliki basis pendukung yang solid dan militan, terutama dari jaringan relawan yang telah dibina selama lebih dari satu dekade.

Karisma dan daya tarik Jokowi juga dinilai dapat menjadi magnet untuk menarik berbagai politisi potensial untuk bergabung.

“Karena bagaimanapun, politik praktis di Indonesia masih kental dengan isu ketokohan. Demokrasi Indonesia belum memasuki pertarungan ideologi atau pertarungan gagasan. Kita masih berkutat pada pertarungan ketokohan dan popularitas. Di sinilah letak penting kehadiran Pak Jokowi,” pungkasnya.


Terbit di Tirto

  • Tirto
admin

Trias Politika Strategis adalah lembaga riset, survei, dan strategi politik. Fokus mengawal demokrasi Indonesia melalui layanan akademis berkualitas, pemenangan politik, media monitoring, serta pendampingan politik, dengan pengalaman mendukung partai, perusahaan, dan kandidat strategis.

Post navigation

Previous
Next

Search

Categories

  • Kutipan (374)
  • Media (378)
  • Press Release (7)

Recent posts

  • Pemerintah Dorong Merger Grab - GoTo, Ini Makna Politiknya
    Pemerintah Dorong Merger Grab – GoTo, Ini Makna Politiknya
  • Menanti Tuah Jokowi Effect pada PSI, antara Untung atau Buntung
    Menanti Tuah Jokowi Effect pada PSI, antara Untung atau Buntung
  • Jokowi Effect pada PSI Disebut Tergantung Kinerja Wapres Gibran
    “Jokowi Effect” pada PSI Disebut Tergantung Kinerja Wapres Gibran

Tags

Alinea Antara Berita Satu Bisniscom Bloomberg CNA CNBC Indonesia CNN CNNIndonesia Detikcom IDN Times Inilahcom Jawa Pos Katadata Kompas Kumparan Liputan 6 Media Indonesia Merdeka Metro TV Metro TV News Rakyat Merdeka Republika SINDONews Sin Po Suara Tempo The Jakarta Post The Star The Strait Times Tirto TribunNews Viva VOI Warta Kota

Lanjut membaca

Mengapa Banyak Kader Gerindra Menolak Budi Arie Masuk Partai?
Kutipan, Media

Mengapa Banyak Kader Gerindra Menolak Budi Arie Masuk Partai?

November 15, 2025 admin

Langkah Ketua Umum Projo Budi Arie yang hendak bergabung ke Gerindra menemui batu sandungan. Ramai-ramai kader partai besutan Prabowo Subianto itu menolak kehadiran Budi Arie untuk bergabung ke partai tersebut. Tirto mencatat, kader Gerindra di sejumlah daerah seperti Surakarta, Sidoarjo, Gresik, Batu, Tulungagung, Jakarta Timur, hingga Pematang Siantar menyatakan penolakan ihwal bergabungnya Budi Arie. Mereka […]

Pembagian Kerja Prabowo-Gibran Baik, tapi Perlu Naikkan Kinerja
Kutipan, Media

Pembagian Kerja Prabowo-Gibran Baik, tapi Perlu Naikkan Kinerja

November 14, 2025 admin

Setahun berjalannya pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menampilkan pola pembagian kerja yang cukup khas antara figur Negara dan Rakyat. Keduanya tidak cuma berbagi peran, tetapi juga terkesan membangun citra yang kontras satu sama lain. Hasil riset Tirto menunjukkan bahwa presiden diposisikan sebagai wajah global Indonesia di panggung dunia, sementara wakil presiden menjadi […]

Prabowo Global, Gibran Lokal: Apa Efeknya ke Elektabilitas?
Kutipan, Media

Prabowo Global, Gibran Lokal: Apa Efeknya ke Elektabilitas?

November 14, 2025 admin

Tepat 20 Oktober 2025 lalu pemerintahan rezim Presiden Prabowo Subianto-Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka genap memimpin Indonesia selama satu tahun. Berdasar analisis Tirto, terbaca porsi kerja yang menjadi pola dari Prabowo-Gibran setahun ke belakang. Sosok Prabowo dipoles dengan citra negarawan yang getol menghadiri berbagai lawatan kerja luar negeri. Sedangkan Gibran diposisikan sebagai partner presiden yang rajin […]

logotrias

Lembaga penyelenggara jasa riset/survei, media monitoring, analisa strategi politik, pemenangan politik, dan pendampingan politik pasca memenangkan pemilihan.

About Us
  • About Us
  • What We Do
  • Our Work
  • Publications
  • News & Insight
  • Contact Us
Social
  • WhatsApp
  • X/Twitter
  • Instagram
  • Facebook
  • Youtube
  • Tiktok
© 2024 Trias Politika Strategis. All rights reserved.
  • Web Development by Metahuis