Pengamat Ungkap Politik Dua Wajah PDIP di Pemerintahan Prabowo

Pengamat politik Trias Politika, Agung Baskoro menyoroti kedekatan Presiden Prabowo Subianto dengan Ketua DPP PDIP Puan Maharani dalam beberapa waktu terakhir. Terutama, usai Prabowo bersama sejumlah pejabat Kabinet Merah Putih dari Partai Gerindra menemui Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri usai Idulfitri 1446 Hijriah.

“Secara institutional ada dua peran atau wajah yang dimainkan oleh PDIP,” kata Agung kepada Bloomberg Technoz, Ahad (18/05/2025).

Menurut dia, wajah pertama PDIP ditampilkan dari sikap politik Megawati yang berjarak dengan pemerintahan Prabowo, meski juga tak mengambil posisi bermusuhan. Posisi Megawati ini, kata dia, menampilkan sikap PDIP sebagai mitra kritis pemerintah.

Sedangkan wajah lainnya, kata dia, ditampilkan dalam gaya politik Puan Maharani. Puteri kandung Megawati ini memang sangat rutin dan nyaris selalu hadir pada kegiatan Prabowo. Bahkan, dia lebih sering muncul dibandingkan para pejabat partai politik yang tergabung dalam koalisi pemerintah.

Beberapa di antaranya saat Puan Maharani menemani Prabowo menyapa ribuan buruh pada perayaan Hari Buruh di Kawasan Monas Jakarta. Bahkan, keduanya sempat membuat dokumentasi swafoto atau selfie.

Terakhir, Puan juga hadir dalam acara Kongres IV Tunas Indonesia Raya (Tidar) — organisasi sayap Partai Gerindra. Dalam acara tersebut, Puan bahkan duduk tepat di sebelah Prabowo. Dalam deretan kursi VVIP tersebut, hanya Puan yang bukan kader Partai Gerindra — lainnya adalah adik kandung Prabowo, Hashim Djojohadikusumo; keponakan Prabowo, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo; dan Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani.

“[PDIP] sebagai mitra strategis dan ini lakonnya sering diperagakan oleh Puan Maharani,” kata Agung.

Puan, kata dia, memang kerap dikaitkan dengan PDIP di tubuh Dewan Perwakilan Rakyat — lembaga legislatif yang bekerja sama dengan pemerintah dalam pengawasan, penganggaran, dan penyusunan undang-undang. PDIP a la Puan kerap dianggap tak mencerminkan sikap mayoritas partai berlambang kepala banteng tersebut yang masih menggaungkan opsi menjadi oposisi.

Namun, menurut Agung, PDIP nampaknya semakin kuat mengarah pada posisi sebagai mitra strategis pemerintahan Prabowo. Hal ini juga terungkap dalam beberapa pernyataan Megawati, meski tak segamblang sikap dan tindakan puan.

PDIP, kata dia, memang butuh bekerja sama dengan Prabowo terutama menjelang fase penting partai tersebut yaitu Kongres lima tahunan. Hingga saat ini, kegiatan tersebut belum juga menemukan kepastian soal pelaksanaannya. 

Beberapa isu mencuat terutama ancaman adanya cawe-cawe dari luar partai pada kongres yang akan menentukan sikap politik dan sosok ketua umum partai tersebut.”PDIP sedang babak belur. Terus ada juga arahan, ada dugaan untuk meminimalkan resiko Kongres PDIP diawut-awut dari eksternal. Maka peran sebagai mitra strategis [Prabowo] ini dikuatkan ketimbang mitra kritis,” ujar Agung.

“Apalagi kita juga tahu banyak kader-kader strategis PDIP yang disangkutpautkan dengan beragam kasus-kasus hukum. Jadi dalam konteks itulah relevansi sebagai mitra strategis lebih kuat ketimbang sebagai mitra kritis.”


Sumber: Bloomberg Technoz

Trias Politika Strategis adalah lembaga riset, survei, dan strategi politik. Fokus mengawal demokrasi Indonesia melalui layanan akademis berkualitas, pemenangan politik, media monitoring, serta pendampingan politik, dengan pengalaman mendukung partai, perusahaan, dan kandidat strategis.