logotrias
  • Tentang Kami
  • Layanan
  • Portofolio
  • Publikasi
  • Artikel
Contact Us
Kutipan, Media

Mengapa Idealisme Aktivis Tergerus Saat Masuk Partai Politik

July 7, 2025 admin
Mengapa Idealisme Aktivis Tergerus Saat Masuk Partai Politik
Menteri Kebudayaan Fadli Zon saat rapat kerja Kementerian Kebudayaan dengan Komisi X DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, 26 Mei 2025. Tempo/Amston Probel

FADLI ZON kerap menuai sorotan belakangan ini akibat pernyataannya yang kontroversial. Menteri Kebudayaan yang juga politikus Partai Gerindra itu dikritik akibat pernyataannya, antara lain, mengenai pemerkosaan massal pada Mei 1998 yang dianggap hanya rumor dan tidak disertai bukti kuat yang mendukungnya.

Ia pun dikritik oleh koalisi masyarakat sipil hingga anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat mencecarnya dengan sejumlah pertanyaan dalam rapat dengar pendapat pada Rabu, 2 Juli 2025. “Kalau Bapak (Fadli Zon) mempertanyakan kasus pemerkosaan massal dan seterusnya, itu sangat melukai kami, Pak,” kata anggota DPR dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Mercy Chriesty Barends, dalam rapat itu.

Dalam rapat tersebut, Fadli menyampaikan permintaan maaf atas pernyataan yang memicu kontroversi tersebut. Meski begitu, ia tetap mengatakan, “Massal itu sangat identik dengan terstruktur dan sistematis,” ujarnya yang terkesan mengingkari peristiwa pemerkosaan massal pada 1998.

Fadli juga menjelaskan bahwa penulisan ulang sejarah yang dilakukan tim Kementerian Kebudayaan bertujuan memperbarui narasi sejarah yang belum pernah tersampaikan dan menghadirkan narasi positif sebagai upaya pemersatu bangsa di tengah perbedaan. “Kami berharap sejarah ini sebagai pemersatu bangsa dari berbagai perbedaan,” ujarnya. “Kami melakukan update ini termasuk untuk temuan yang bersifat arkeologis, temuan sejarah yang lain, dan tone positif dalam sejarah kita.”

Dia juga pernah menjadi sorotan saat menggulirkan rencana pemberian gelar pahlawan nasional kepada Presiden Suharto. Ia menilai mertua Prabowo Subianto itu layak menyandang gelar pahlawan.

Fadli adalah salah satu contoh mantan aktivis mahasiswa yang terjun ke gelanggang politik. Pria yang lahir pada 1 Juni 1971 itu pernah menjadi pengurus senat mahasiswa Universitas Indonesia. Ia pertama kali berkiprah di politik ketika menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat dari golongan pemuda pada 1997.

Setelah Reformasi 1998, Fadli masuk barisan pendiri Partai Gerindra bersama Prabowo pada 2008. Setelah dua periode menjabat anggota DPR, yakni 2014-2019 dan 2019-2024, ia diangkat menjadi Menteri Kebudayaan oleh Prabowo yang terpilih sebagai Presiden RI 2024-2029.

Kiprah aktivis mahasiswa kembali menjadi sorotan setelah 150 mantan anggota kelompok Cipayung—forum diskusi sejumlah lembaga kemahasiswaan ekstrakampus—bergabung ke Partai Golkar pada 28 Juni 2025. Sebelum ke-150 mantan aktivis ini masuk partai, sudah banyak mantan aktivis mahasiswa lain yang akhirnya memilih terjun ke gelanggang politik, di antaranya Budiman Sudjatmiko, Fahri Hamzah, dan Mugiyanto Sipin.

Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan Budiman Sudjatmiko
Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan Budiman Sudjatmiko di Istana Kepresidenan, Jakarta, 22 Oktober 2025. Antara/Mentari Dwi Gayati

Sebelum bergabung ke PDIP pada 2004, Budiman semasa jadi mahasiswa merupakan aktivis prodemokrasi dan menjadi pendiri Partai Rakyat Demokratik pada 1996. Ia dipenjara pada masa Orde Baru karena divonis terlibat peristiwa 27 Juli 1996.

Belakangan, Budiman putar haluan politik. Ia memilih berseberangan sikap dengan PDIP dan mendukung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dalam pemilihan presiden 2024. Dukungan ini sangat kontras dengan sikap Budiman sebelumnya yang getol mengkritik pemerintahan Presiden Suharto ataupun Prabowo. Setelah Prabowo menjadi presiden, Budiman diangkat sebagai Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan.

Adapun Fahri Hamzah semasa jadi mahasiswa pernah menjabat Ketua Forum Studi Islam di Universitas Indonesia dan terlibat pendirian Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia. Lembaga ekstrakampus ini ikut dalam gerakan mahasiswa untuk menggulingkan Orde Baru.

Setelah Reformasi, Fahri bergabung ke Partai Keadilan Sejahtera. Dia dua kali menjadi anggota DPR, yaitu periode 2004-2009 dan 2009-2014. Ia lantas keluar dari PKS, lalu mendirikan Partai Gelombang Rakyat Indonesia. Kini ia menjabat Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman di kabinet Prabowo.

Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Fahri Hamzah
Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Fahri Hamzah di kantor Kementerian PKP, Jakarta Selatan, 25 Juni 2025. Tempo/Riri Rahayu

Sementara itu, Mugiyanto pernah menjadi aktivis Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi. Ia juga menjadi salah satu korban penculikan oleh anggota Tim Mawar—tim yang beranggotakan sejumlah prajurit Komando Pasukan Khusus Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat yang menculik sejumlah aktivis pada 1998.

Sebelum Prabowo mengangkatnya menjadi Wakil Menteri Hak Asasi Manusia, Mugiyanto pernah membujuk dan mempertemukan keluarga korban penghilangan paksa 1998 dengan petinggi Partai Gerindra. Langkah Mugiyanto itu menuai sorotan dari kalangan Ikatan Keluarga Orang Hilang. 

Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro mengatakan aktivis memang cenderung bersikap pragmatis setelah bergabung ke partai politik. Hal itu tidak terlepas dari tingginya biaya politik sehingga mereka akan memprioritaskan pengembalian modal lebih dulu.

“Mindset seperti ini yang akhirnya membuat mereka terjerumus dalam kasus,” katanya pada Ahad, 6 Juli 2025.

Agung juga menilai ekosistem partai politik di Indonesia belum sepenuhnya mendukung kaderisasi ataupun pelatihan untuk para kader berlatar belakang aktivis. Kondisi ini membuat aktivis yang masuk ke partai politik gagal berkembang dan justru stagnan.

Peneliti Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional Siti Zuhro menyatakan orientasi partai politik terhadap kepentingan dan kekuasaan sering membuat mantan aktivis tergoda sehingga menanggalkan kepentingan rakyat. Kekuasaan dinilai menjadi peluntur daya kritis mantan aktivis yang bergabung ke partai politik. “Menjadi politikus berarti harus menunjukkan keberpihakan kepada partai,” ujarnya.

Dosen ilmu politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, menduga faktor kegagalan mantan aktivis bersinar setelah masuk ke partai politik adalah ambisinya untuk meraih kekuasaan. “Dengan berpartai, aktivis bisa naik kelas,” ucapnya.

Ada berbagai solusi yang ditawarkan agar mantan aktivis tidak terjerembap di kubangan setelah terjun ke panggung politik. Misalnya, Agung mendorong mantan aktivis diberi pembekalan agar potensinya dapat diberdayakan.

Ketua Umum DPP Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Arjuna Putra Aldino mengusulkan perubahan ekosistem di partai politik. Ia menilai ekosistem perpolitikan di Tanah Air saat ini masih padat modal dan transaksional. Tanpa perubahan itu, kata dia, idealisme para mantan aktivis pasti akan tergerus. “Ujung-ujungnya akan mengkhianati cita-cita perjuangan,” tuturnya.

Adapun Siti Zuhro khawatir penguatan masyarakat sipil akan sulit dilakukan ketika banyak aktivis bergabung ke partai politik. Sebab, suara-suara kritis dari bawah terhadap kebijakan pemerintah akan tergerus. “Jumlah aktivis yang berpihak kepada kepentingan rakyat berkurang,” ujarnya.


Terbit di TEMPO

  • Tempo
admin

Trias Politika Strategis adalah lembaga riset, survei, dan strategi politik. Fokus mengawal demokrasi Indonesia melalui layanan akademis berkualitas, pemenangan politik, media monitoring, serta pendampingan politik, dengan pengalaman mendukung partai, perusahaan, dan kandidat strategis.

Post navigation

Previous
Next

Search

Categories

  • Kutipan (374)
  • Media (378)
  • Press Release (7)

Recent posts

  • Pemerintah Dorong Merger Grab - GoTo, Ini Makna Politiknya
    Pemerintah Dorong Merger Grab – GoTo, Ini Makna Politiknya
  • Menanti Tuah Jokowi Effect pada PSI, antara Untung atau Buntung
    Menanti Tuah Jokowi Effect pada PSI, antara Untung atau Buntung
  • Jokowi Effect pada PSI Disebut Tergantung Kinerja Wapres Gibran
    “Jokowi Effect” pada PSI Disebut Tergantung Kinerja Wapres Gibran

Tags

Alinea Antara Berita Satu Bisniscom Bloomberg CNA CNBC Indonesia CNN CNNIndonesia Detikcom IDN Times Inilahcom Jawa Pos Katadata Kompas Kumparan Liputan 6 Media Indonesia Merdeka Metro TV Metro TV News Rakyat Merdeka Republika SINDONews Sin Po Suara Tempo The Jakarta Post The Star The Strait Times Tirto TribunNews Viva VOI Warta Kota

Lanjut membaca

Beda Perlakuan Prabowo dan Jokowi Terhadap Relawan
Kutipan, Media

Beda Perlakuan Prabowo dan Jokowi Terhadap Relawan

November 8, 2025 admin

Di hadapan peserta kongres ke-3 Projo, Budi Arie Setiadi meminta restu atas rencananya bergabung ke Partai Gerindra. Ketua Umum Projo itu mengklaim rencana tersebut merupakan permintaan Presiden Prabowo Subianto yang juga Ketua Umum Partai Gerindra. Budi Arie berdalih, keberadaannya di Gerindra akan memperkuat dan menyolidkan agenda politik Prabowo. “Jika suatu saat saya berpartai, teman-teman Projo […]

Benarkah Projo Berpisah dengan Jokowi?
Kutipan, Media

Benarkah Projo Berpisah dengan Jokowi?

November 3, 2025 admin

SAAT membuka Kongres III Projo, Budi Arie mengumumkan akan bergabung dengan Partai Gerindra. Ketua Umum Projo itu meminta izin kepada peserta kongres untuk bergabung ke partai pimpinan Presiden Prabowo Subianto tersebut. Saat Kongres PSI di Solo, Jawa Tengah, Ahad, 20 Juli 2025, Prabowo menanyakan status kepartaian Budi Arie. Ia bertanya apakah Budi Arie akan bergabung menjadi kader […]

Trias Politika Strategis- Budi Arie Masuk Gerindra Hanya Pragmatisme Politik
Kutipan, Media

Trias Politika Strategis: Budi Arie Masuk Gerindra Hanya Pragmatisme Politik

November 3, 2025 admin

Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro mengatakan keputusan Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi masuk Partai Gerindra agar tetap dipertimbangkan dalam kancah politik nasional. “Agar Budi Arie tetap relevan dan strategis dalam panggung politik nasional,” kata Agung kepada Tempo, Ahad, 2 Oktober 2025. Agung menilai keputusan Ketua Umum Projo itu hanya sekadar pragmatisme politik karena Gerindra yang berkuasa saat […]

logotrias

Lembaga penyelenggara jasa riset/survei, media monitoring, analisa strategi politik, pemenangan politik, dan pendampingan politik pasca memenangkan pemilihan.

About Us
  • About Us
  • What We Do
  • Our Work
  • Publications
  • News & Insight
  • Contact Us
Social
  • WhatsApp
  • X/Twitter
  • Instagram
  • Facebook
  • Youtube
  • Tiktok
© 2024 Trias Politika Strategis. All rights reserved.
  • Web Development by Metahuis