Di Tengah Isu Matahari Kembar, Prabowo Minta Menteri Rapatkan Barisan

Presiden RI Prabowo Subianto meminta jajaran menteri Kabinet Merah Putih untuk semakin merapatkan barisan di tengah munculnya isu “matahari kembar”. Belakangan, isu “matahari kembar” memang santer dibicarakan, tepatnya setelah sejumlah menteri Kabinet Merah Putih menyambangi rumah Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) di Solo, Jawa Tengah (Jateng) selepas Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah. Kala itu, kunjungan menteri Prabowo disebut dalam rangka momen silaturahmi Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah. Beberapa menteri yang sowan ke Jokowi juga menyebut Presiden ke-7 RI itu dengan sebutan “bos” mereka. Selain itu, Peserta Didik Sekolah Staf dan Pimpinan Menengah (Serdik Sespimmen) Polri Pendidikan Reguler (Dikreg) ke-65 juga sempat menemui Jokowi pada Kamis (17/4/2025) di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari.
Pertemuan itu disebut sebagai momen silaturahmi antara para perwira muda Polri dengan Jokowi, sekaligus ajang diskusi terkait kepemimpinan di masa depan.
Rapatkan Barisan
Arahan Presiden RI Prabowo Subianto yang meminta para menteri Kabinet Merah Putih untuk merapatkan barisan disampaikan Menko PM Muhaimin Iskandar (Cak Imin). Cak Imin mengatakan, Presiden RI menyampaikan pesan itu melalui sambungan telepon, Minggu (20/4/2025) malam.
Ketika Prabowo menelepon, Cak Imin sedang menggelar acara halal bihalal, di mana sejumlah menteri dan wamen Prabowo hadir. “Tadi Pak Presiden juga menelepon saya menyampaikan selamat halal bihalal hari ini, dan meminta kepada sesama menteri untuk terus merapatkan barisan,” ujar Cak Imin di rumah dinasnya, Kompleks Widya Chandra, Jakarta Selatan. Cak Imin menjelaskan, dirinya sebenarnya mengundang Prabowo untuk ikut acara halal bihalal di kediamannya.
Namun, Prabowo berhalangan hadir. Meski begitu, Prabowo tetap menyampaikan salam dan harapannya agar solidaritas antarkabinet tetap terjaga. Acara halal bihalal yang digelar Cak Imin turut dihadiri sejumlah tokoh politik dan pejabat pemerintahan. Berdasarkan pantauan Kompas.com di lokasi, Wakil Presiden ke-13 Republik Indonesia sekaligus Ketua Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Ma’ruf Amin, menjadi salah satu tamu istimewa.
Penjelasan Istana
Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) sekaligus Jubir Presiden, Prasetyo Hadi, mengungkapkan alasan Presiden Prabowo meminta agar para menterinya merapatkan barisan. Prabowo, kata Prasetyo, selalu menganalogikan Kabinet Merah Putih sebagai tim, sehingga mereka harus merapatkan barisan. “Oh enggak, itu kan biasa saja, itu umum saja. Sebagai sebuah tim, Bapak Presiden kan selalu menganalogikan Kabinet Merah Putih kita ini sebagai sebuah tim, ya memang kita harus terus merapatkan barisan,” ujar Prasetyo, di Istana, Jakarta, Senin (21/4/2025).
Prasetyo menuturkan, ketika Prabowo meminta agar merapatkan barisan, itu tidak berarti selalu sedang ada sesuatu. Dia membantah soal dugaan adanya kerenggangan di antara jajaran kabinet. Menurutnya, pesan Prabowo itu hanya untuk menjaga semangat para menterinya.
Prasetyo menyebut, menteri-menteri Prabowo dalam kondisi solid. Menurut dia, semua menteri sedang bekerja keras sesuai bidang dan tugasnya masing-masing. “Dengan dinamika permasalahan di masing-masing, baik kemenko maupun kementerian, sedang bekerja keras menyelesaikan semua permasalahan-permasalahan,” imbuh Prasetyo.
Bantah Isu Matahari Kembar
Prasetyo Hadi juga membantah soal praktik “matahari kembar” di pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Menteri Sekretaris Negara ini mengatakan, pertemuan menteri-menteri Kabinet Merah Putih dengan Presiden ke-7 Republik Indonesia Joko Widodo adalah silaturahmi yang wajar dilakukan pada masa Lebaran. “Oh, enggak ada lah itu. Kalaupun, mohon maaf ya, ada para menteri yang sowan silaturahmi kepada Bapak Presiden Jokowi, saya kira itu wajar-wajar saja,” jelasnya. “Sebagai Presiden, sebagai kepala negara, kepala pemerintahan yang menjabat 2 periode, ya dalam suasana Lebaran kan wajar-wajar saja bersilaturahmi,” sambungnya. Politikus Partai Gerindra ini juga mengeklaim, Kabinet Merah Putih solid di bawah komando Prabowo. Prasetyo pun meminta semua pihak agar tidak berspekulasi soal matahari kembar dengan berkaca dari pertemuan-pertemuan tersebut.
Dia menekankan, pertemuan para menteri dengan Jokowi semestinya dianggap sebagai acara silaturahmi. “Jadi tolong juga lah, jangan kemudian diasosiasikan ini ada menteri yang silaturahmi kepada Bapak Presiden Jokowi, kemudian dianggap ada matahari kembar, jangan begitu. Semangatnya sih tidak seperti itu, kita meyakini enggak seperti itu,” kata Prasetyo.
Alarm Politik
Menanggapi soal isu “matahari kembar”, Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro mengatakan, menilai ini sebagai alarm politik bagi Presiden Prabowo. Sebab, menurut Agung, isu tersebut bisa menjadi bayang-bayang yang akan mengganggu jalannya pemerintahan ke depan, terutama terkait loyalitas dari para pembantu Presiden. “Perihal matahari kembar ini alarm politik penting, agar narasi keberlanjutan bisa berjalan optimal tanpa bayang-bayang loyalitas ganda di luar Presiden Prabowo,” kata Agung kepada Kompas.com, Kamis (17/4/2025).
Selain itu, Agung menyebut, isu “matahari kembar” semakin memperlihatkan adanya masalah komunikasi dari Kabinet Merah Putih yang dibentuk oleh Presiden Prabowo Subianto. “Soal matahari kembar ini kan berangkat dari ungkapan ‘bos’ yang diucapkan dua menteri di Kabinet Merah Putih. Sehingga, bila disederhanakan, ini kembalinya ke problem komunikasi publik pembantu Presiden Prabowo,” ujarnya. Menurut Agung, menteri-menteri Kabinet Merah Putih kurang menyadari bahwa komunikasi publik di masa sensitif seperti sekarang sama pentingnya dengan kinerja.
Oleh karena itu, dia mengatakan, perlu ada perbaikan dari sisi komunikasi dalam pemerintahan Prabowo agar tidak mengganggu kinerja ke depannya. “Secara institusional, Presiden Prabowo perlu membuat protokol komunikasi publik, agar kejadian serupa tak berulang-ulang terus. Karena sedikit banyak bakal menjadi beban pemerintahan,” kata Agung.
Sumber: Kompas