Prabowo dan Beragam Simbol Politik di HUT ke-80 RI

Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia, barangkali tak sekadar seremonial rutin belaka. Lebih dari itu, perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) oleh pemerintah juga menunjukkan betapa politik hadir lewat simbol.
Mulai dari ornamen, nuansa warna hingga sikap dari Kepala Negara, setiap detail prosesi ini agaknya memberi pesan bahwa pemimpin kerap mencetak narasi kekuasaannya sendiri.
Jika tahun lalu negara mengedepankan anasir transisi lewat pelaksanaan HUT ke-79 RI di Ibu Kota Nusantara (IKN), HUT ke-80 RI tahun ini, justru menegaskan kontinuitas konsolidasi kepemimpinan dengan mengembalikan pusat gelaran di Istana Merdeka, Jakarta.
Prabowo seakan menarik demarkasi bahwa pemerintahan hari ini memang punya arah kepemimpinan yang berbeda dengan presiden sebelumnya.
Untuk pertama kalinya, Presiden Prabowo Subianto memimpin prosesi Upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI, Minggu (17/8/2025) ahad lalu, di Istana Merdeka, Jakarta. Rangkaian acara tahunan ini menampilkan sejumlah perbedaan dari gelaran yang dihelat pada era Presiden Joko Widodo alias Jokowi tahun lalu.
Dari segi lokasi, tahun ini Upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi dan pengibaran Sang Saka Merah Putih kembali digelar di Jakarta, alih-alih berpusat di Ibu Kota Nusantara (IKN). Hal ini menimbang infrastruktur di IKN yang masih difokuskan untuk proses pembangunan. Namun, perayaan HUT ke-80 RI tetap dilangsungkan di IKN meskipun cuma dilaksanakan Otorita IKN dengan sejumlah undangan dari tokoh-tokoh setempat.
Tahun lalu, pemerintah menggelar perayaan HUT ke-79 RI di IKN dan Jakarta bersamaan. Jokowi memimpin upacara di IKN, sedangkan Ma’ruf Amin–sebagai wakilnya–memimpin di Istana Merdeka, Jakarta. Sejumlah pejabat pusat turut diterbangkan ke IKN saat itu untuk mengikuti upacara dan pengibaran bendera merah-putih, dengan tema besar yang diusung bertajuk: Nusantara Baru Indonesia Maju.
Pada 2025, tak ada pemimpin negara dari pusat yang mengikuti upacara di IKN. Tema HUT ke-80 RI mengusung tajuk ‘Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju’. Tema besar tahun ini cenderung menandakan pergeseran ke nada pemerintahan yang lebih konsolidatif. Menjauh dari tema legitimasi proyek pemindahan ibu kota baru sebagai transisi pemerintahan Indonesia di masa depan.
Ornamen serba biru muda
Selain itu, dari sisi ornamen dan estetika, warna biru muda menjadi dominan pada perayaan HUT ke-80 RI yang digelar di Istana Merdeka, Jakarta. Nuansa biru selalu tampak dari mulai prosesi kirab bendera Merah Putih hingga ke desain interior Istana Merdeka Jakarta. Karpet yang membentang dari area Monas hingga menuju area upacara di Istana juga berwarna biru.
Nuansa biru turut mendominasi Kereta Kencana Garuda Prabayaksa yang ditumpangi oleh Purna Paskibraka Kirana Ashawidya Baskara dari Provinsi Banten dan Ni Komang Trisetya asal Provinsi Bali, ketika iringan kirab bendera merah-putih. Selain itu, warna biru muda juga digunakan untuk membalut baki pembawa bendera merah-putih yang dimandatkan kepada Bianca Alessia Christabella Lantang untuk diserahkan kepada petugas pengibar.

Warna biru muda memang identik dengan pemerintahan Prabowo-Gibran. Warna ini sudah ikonik sejak keduanya berlaga di Pilpres 2024 lalu. Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus yang menjadi pengusung Prabowo-Gibran menggunakan warna biru muda sebagai warna koalisi.
Prabowo baca teks proklamasi, cium bendera, dan susunan bangku berbeda
Tindak-tanduk presiden Prabowo dalam perayaan HUT ke-80 RI di Istana Merdeka lalu turut menarik ditilik sebab menampilkan perbedaan signifikan dari tahun-tahun sebelumnya. Misal saat Upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi, kali ini Prabowo sebagai presiden menjadi pembaca teks proklamasi alih-alih dilakukan oleh wakil parlemen.
Ini pertama kali dilakukan presiden dalam perayaan HUT RI sejak teks sakral tersebut dibacakan Presiden Soekarno pada delapan dekade lalu.
Biasanya teks proklamasi dalam perayaan HUT RI dibacakan oleh Ketua MPR, DPR, atau DPD RI. Ketika peringatan HUT Ke-79 tahun 2024 di IKN, teks proklamasi dibacakan oleh Ketua DPR Puan Maharani.
Sebelumnya pada upacara peringatan HUT Ke-78 RI di Istana Merdeka tahun 2023, Ketua MPR Bambang Soesatyo yang membacakan teks proklamasi. Begitupun saat HUT Ke-77 RI tahun 2022, naskah proklamasi dibacakan oleh Ketua DPD, La Nyalla Mattalitti.
Ada perbedaan lainnya yang dilakukan Prabowo dari presiden-presiden sebelumnya, ketika menyerahkan Sang Saka Merah Putih kepada Paskibraka, ia mencium bendera itu terlebih dahulu. Ini menjadi momen pertama Presiden mencium terlebih dahulu bendera merah-putih sebelum dikibarkan dalam upacara peringatan Detik-detik Proklamasi.

Perbedaan mencolok yang patut disoroti lainnya, tempat duduk presiden yang terpisah atau berjarak dari wakil presiden. Pada perayaan HUT ke-80 RI, ada jarak tempat duduk antara Presiden Prabowo dengan wakil presiden Gibran Rakabuming Raka. Ini memang membuat Prabowo tampak gagah sendirian di mimbar kehormatan.
Padahal, di perayaan HUT RI sebelum-sebelumnya, Presiden dengan Wakil Presiden duduk bersebelahan tanpa jarak. Pengecualian HUT ke-79 RI tahun lalu karena digelar pada dua tempat, Jakarta dan IKN. Bahkan di IKN tahun lalu, Prabowo sebagai presiden terpilih duduk di sisi Jokowi.
Kendati begitu, tahun ini tempat duduk wakil menteri (Wamen) dan kepala badan/lembaga negara sengaja ditempatkan berbaur bersama masyarakat. Karena tahun ini Istana Merdeka memang menyediakan tiket undangan bagi warga yang ingin mengikuti upacara langsung di Istana. Undangan yang disebar pihak Istana sekitar 8 ribu lebih dan sukses ludes diminati masyarakat.

Prabowo Usung Beberapa Tradisi Baru
Ketua MPR RI Ahmad Muzani menyatakan memang perayaan HUT ke-80 RI tahun ini agak berbeda karena diwarnai tradisi baru yang diprakarsai Prabowo. Ketua Dewan Kehormatan Partai Gerindra ini menyatakan tradisi sengaja diubah dari tahun-tahun sebelumnya dalam rangka memperingati HUT ke-80 RI. Ia tidak mempersoalkan perbedaan ini dan menilainya sebagai langkah yang baik.
“Kita sudah diberitahu sebelumnya, dan saya kira itu enggak ada masalah, dan saya kira bagus. Kemarin semua proses upacara detik-detik proklamasi menurut kami berjalan dengan sangat khidmat, sangat bagus. Dan semua yang direncanakan berjalan dengan baik. Sampai pada malam hari karnaval,” ungkap Muzani di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (19/8/2025).
Sementara itu, lewat keterangan tertulis sebagaimana dilansir Antara, Selasa (19/8), Ketua Panitia HUT ke-80 Kemerdekaan RI sekaligus Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menyatakan keberhasilan penyelenggaraan rangkaian peringatan HUT ke-80 RI tak lepas dari semangat gotong royong masyarakat.
Ia menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat, mulai dari pasukan upacara, pengisi acara, tim pendukung, hingga elemen masyarakat yang turut berkontribusi menjaga kelancaran kegiatan. Menurut Prasetyo, kerja keras yang ditopang koordinasi, saling pengertian, serta kebersamaan merupakan cerminan nyata nilai persatuan bangsa.
Prasetyo berharap semangat kebersamaan yang tercipta dalam momentum peringatan HUT kemerdekaan ini terus menginspirasi masyarakat dalam melanjutkan pembangunan bangsa.
“Sekali lagi, kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kebersamaan yang telah terbangun. Semoga semangat kemerdekaan senantiasa menginspirasi kita semua dalam melanjutkan pembangunan bangsa,” kata Prasetyo.

Cerminan Reorientasi Pemerintahan Baru
Analis politik dari Trias Politika, Agung Baskoro, memandang perbedaan sejumlah tradisi di perayaan HUT ke-80 RI tahun ini merupakan cerminan reorientasi pemerintahan baru. Hal itu ditandai dengan kebijakan efisiensi penyelenggaraan perayaan yang tidak dipusatkan ke IKN. Sekaligus, kata Agung, sikap ini menunjukkan orientasi kebijakan Prabowo yang lebih berfokus membangun sumber daya manusia Indonesia ketimbang pembangunan fisik.
Nuansa warna biru pada perayaan HUT ke-80 RI tahun ini yang berbeda dengan nuansa di tahun sebelumnya juga menandakan kelanjutan arah konsolidasi Pilpres 2024. Sejalan juga dengan demokrasi yang diinginkan Prabowo yakni tidak gaduh dan saling merangkul.
Sementara pembacaan proklamasi yang dilakukan Prabowo dirasa ingin menunjukkan daya tawar pemerintahan eksekutif yang berdiri sebagai sentral kekuasaan.
“Simbolisasinya boleh saja diungkapkan bahwa pemerintah ingin memegang kendali penuh pemerintahan agar efektif dan efisien, tidak ada soal. Ini lebih ke fakta historis pemerintah ingin Republik tahu eksekutif punya peranan kuat signifikan dalam roda pemerintahan,” ujar Agung kepada wartawan Tirto, Selasa (19/8).
IKN belum siap untuk perayaan kemerdekaan
Sementara itu, Analis Sosio-politik Helios Strategic Institute, Musfi Romdoni, menilai pesan perubahan lokasi perayaan HUT ke-80 RI menandakan bahwa IKN tak siap menjadi tempat prosesi HUT RI yang sakral. Kemungkinan langkah ini diambil dari hasil evaluasi perayaan tahun lalu.
Tahun lalu, isu besarnya adalah anggaran sewa kendaraan di IKN yang membengkak, hingga isu ketersediaan air bersih yang belum memadai. Jika perayaan kembali di IKN, berpotensi menciptakan persepsi negatif di tengah efisiensi anggaran pemerintahan Prabowo.
“Pasti ada narasi begini, ‘kok bisa menyewa kendaraan mahal-mahal padahal Prabowo bilang efisiensi anggaran?’,” ucap Musfi kepada wartawan Tirto, Selasa (19/8).
Pesan kedua, secara tegas Presiden Prabowo ingin mengatakan kalau Ibu Kota Indonesia itu masih di Jakarta.

Presiden Prabowo berpikir realistis dan tak memaksakan untuk segera memindah ibu kota ke IKN. Pemindahan ibu kota bukan hanya soal pemindahan bangunan fisik, melainkan juga pemindahan budaya, infrastruktur politik, hingga sendi-sendi ekonomi.
Selama puluhan tahun Jakarta telah menjadi pusat pemerintahan, pusat politik dan pusat ekonomi. Tidak mungkin dipindah begitu saja ke IKN. Prabowo menyadari jika memaksakan pemindahan ibu kota bisa menciptakan ketidakstabilan pemerintahan, politik, dan ekonomi.
Sementara nuansa warna biru pada perayaan tahun ini, membuktikan kecenderungan para penguasa menggunakan warna yang identik dengan dirinya. Misal di pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, pesawat presiden dicat warna biru, tapi di pemerintahan Jokowi dicat merah. Warna itu identik dengan partai pengusung masing-masing presiden yakni Demokrat dan PDIP.
Dari pemilihan nuansa warna biru, tidak heran kalau muncul tafsiran bahwa pemerintahan Prabowo ingin terlihat berbeda dari pemerintah sebelumnya, yakni pemerintahan Jokowi.

Musfi menilai pembacaan teks proklamasi oleh Prabowo seakan menegaskan bahwa dirinya Presiden Republik Indonesia yang merupakan Panglima Tertinggi, maka harus membacakan teks proklamasi. Ini menjadi simbol kepemimpinan dan kepercayaan diri seorang Prabowo.
Jika dibaca sebagai bentuk sikap sentralisasi kekuasaan eksekutif, Musfi menilai hal itupun bukan merupakan sikap yang baru bagi pemerintah Indonesia. Dari dulu setiap Presiden RI hendak mengatakan dirinya adalah bos jajarannya, selain itu hanyalah perpanjangan tangan Presiden.
“Pasti Prabowo sendiri yang ingin membaca teks proklamasi, ini momen sakral. Proklamasi adalah teks yang mengandung semangat dan nilai nasionalisme yang begitu dalam. Lalu, apakah itu menunjukkan sentralisasi eksekutif? Saya kira tentu saja dan ini kan bukan hal baru,” ujar Musfi.
Terbit di Tirto